Minggu, April 28, 2024
Darurat SampahSONJO

Nguwuh Ngunduh (Sampahmu Tanggungjawabmu)

Tepat tanggal 22 Juli 2023 diumumkan penutupan TPA Piyungan, menandakan awal dari kedarutatan sampah di DIY. Selama tiga tahun terakhir, tercatat tiga kali TPA Piyungan ditutup beroperasi, dan penutupan kali ini menunjukkan intensitas permasalahan pengelolaan sampah di DIY. Berbeda dengan kedaruratan akibat COVID-19 yang muncul mendadak tanpa dapat terprediksi, masalah sampah adalah masalah klasik dan sebenarnya bisa diantisipasi sejak lama.

Sampah adalah sisa dari kegiatan ekonomi yaitu konsumsi, produksi dan distribusi. Semakin tinggi tingkat konsumsi, produksi dan distribusi, maka sampah dari kegiatan tersebut akan meningkat. Artinya produsen sampah adalah para pelaku ekonomi itu sendiri. Semakin tinggi aktivitas ekonomi yang dilakukan, semakin tinggi pula sampah yang dihasilkan. Penumpukan sampah di TPA menjadi masalah karena selama ini pendekatan yang digunakan hanyalah memindahkan sampah dari rumah tangga, perkantoran dan dunia usaha ke TPA. Bisa dibayangkan bahwa 100% sampah hanya digeser dari rumah tangga, perkantoran dan dunia usaha ke TPA, sehingga berapa luaspun TPA baru yang akan dibangun, hanya dalam jangka pendek TPA tidak akan mampu menampung sampah.

SONJO (Sambatan Jogja) aktif dalam usaha mengatasi kedaruratan sampah di DIY. WAG SONJO Tangguh-1, yang dibangun sejak 6 Januari 2021 untuk mendukung pembangunan shelter COVID-19, berganti peran sebagai  pusat koordinasi dan tukar pengetahuan pengolahan sampah. Hingga 9 Agustus 2023, tercatat 479 peserta tergabung di SONJO Tangguh-1. Senyampang dengan itu, SONJO bekerjasama dengan PKK DIY berkomitmen untuk menanggulangi kedaruratan sampah dan membentuk WAG PKK-SONJO-UWUH. Keanggotaan WAG ini tidak terbatas pada relawan SONJO dan PKK, namun juga diperluas ke pengelola rumah sakit/ Puskesmas/ klinik dan pesantren di DIY. Per tanggal 9 Agustus 2023 anggota WAG ini berjumlah 156 peserta. Keanggotaan WAG ini dapat diperluas ke perwakilan kantor cabang BUMN, BUMS, sekolah dan universitas di DIY.

Masalah sampah sudah teridentifikasi sejak lama. Alternatif teknologi pengolahan sampah, baik organik, anorganik dan residu, telah lama tersedia dan telah diimplementasikan. Namun demikian terdapat kesenjangan antara mindset/ persepsi terhadap sampah dengan pemanfaatan teknologi pengolahan sampah yang telah ada. Meski dari sisi penawaran (supply) teknologi pengolahan sampah telah banyak tersedia, namun permintaan (demand) terhadap pengolahan sampah masih rendah karena sampah belum dilihat sebagai eksternalitas negative yang harus diinternalisasi oleh pelaku ekonomi. Di sinilah SONJO berperan dalam mengurai kedaruratan sampah di DIY dengan berusaha fokus pada upaya menghubungkan antara permintaan (demand) dan penawaran (supply) pengelolaan sampah.

Nguwuh-Ngunduh (sampahmu tanggungjawabmu) adalah gerakan yang diinisiasi oleh SONJO untuk berusaha mengurai kedaruratan di DIY. Konsep Nguwuh-Ngunduh didasarkan pada upaya untuk menginternalisasi eksternalitas negative yang diakibatkan oleh sampah. Implementasi dari berbagai teknik pengolahan sampah didasarkan pada prasyarat (pre-requisite) bahwa para produsen sampah memiliki kemauan untuk memilah dan memilih sampah. Ketika proses memilah dan memilih sampah bisa dilakukan oleh masing-masing produsen sampah, maka 80% sampah dapat diolah sehingga residu sampah hanya tinggal 20%. Tentu saja perubahan mindset ini tidak mudah dilakukan, namun berbekal 1M: MAU, maka banyak hal sulit dapat kita capai bersama.

SONJO Angkringan #62: Nguwuh-Ngunduh: Mengurai Kedaruratan Sampah

Ketika sampah difahami sebagai sisa dari kegiatan ekonomi, baik konsumsi, produksi dan distribusi, pertanyaan yang mengemuka kemudian adalah: Siapakah produsen sampah? Bagaimana tanggungjawab produsen sampah terhadap sampah yang dihasilkan? Bagaimana upaya untuk menginternalisasi eksternalitas sampah oleh para produsen sampah? Berkaitan dengan beberapa pertanyaan tersebut, SONJO Angkringan hadir sebagai ajang diskusi dan diseminasi dalam hal pengelolaan sampah.  SONJO Angkringan #62 digelar pada Selasa, 25 Juli 2023 dengan tema: Nguwuh-Ngunduh: Mengurai Kedaruratan Sampah, dengan pembicara:

  • Gunawan Sumodiningrat, Guru Besar FEB, UGM
  • Budi Setiadi Daryono, Dekan dan Guru Besar Fakultas Biologi, UGM, materi: Berbagi Informasi dalam Pengelolaan Sampah di Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (Hyperlink)
  • Estianna Khoirunnisa, Owner Alkanio Farm & Alkanio Catfish, materi:   Budidaya Maggot Skala Industri (Download Materi)
  • Wahyudi Anggoro Hadi, Lurah Panggungharjo, materi: Merdeka Sampah dari Desa. (Download Materi)

Webinar tersebut dimoderatori oleh Rimawan Pradiptyo, PhD, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, FEB UGM sekaligus inisiator SONJO.  Rekaman SONJO Angkringan #62 selengkapnya ada di tautan berikut: https://www.youtube.com/watch?v=VNcTz6OhgfU&t=8s.

Menarik untuk disimak bahwa para narasumber di webinar tersebut sepakat bahwa kita semua adalah pelaku dari produsen sampah. Semakin tinggi kegiatan ekonomi yang kita lakukan, baik  konsumsi, produksi dan distribusi, maka terdapat kecenderungan sampah yang diproduksi juga semakin tinggi. Jika kemudian sampah menghasilkan eksternalitas negative bagi para pelaku ekonomi lain, bagaimana cara menginternalisasi eksternalitas akibat sampah tersebut? Salah satu cara untuk meminimalisai dampak sampah adalah dengan mengolah sampah, baik yang bersifat organik maupun anorganik.

Teknologi pengolahan sampah, baik organik maupun anorganik, telah berkembang demikian pesat. Jenis sampah anorganik yang bisa didaur ulang meningkat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Teknik pengolahan sampah organik-pun juga berkembang pesat dan bahkan telah banyak diimplementasikan. Bagi rumah tangga, sampah anorganik dapat dipilah dan dipilih untuk kemudian dijual ke para pengumpul sampah organik. Pilihan teknik pengolahan sampah organik bagi rumah tangga juga beragam, bahkan dapat menyesuaikan dengan kondisi rumah tangga. Di kawasan perkotaan yang terbatas lahan-pun, pengelolaan sampah organik dapat dilakukan oleh komunitas, misalnya di tingkat dasa wisma mapun di tingkat perumahan. Dari sisi teknik pengelolaan sampah berbagai teknik telah tersedia dan dapat dimanfaatkan, meski di level rumah tangga sekalipun. Permasalahan utama terletak pada satu hal, 1M:MAU. 

SONJO Angkringan #63: Memilah-Memilih Sampah Berbasis Komunitas

Memilah dan memilih sampah oleh semua produsen sampah, baik rumah tangga, pelaku usaha, dan sektor publik, adalah prasyarat mutlak agar sampah dapat dikelola dengan optimal. Pada titik ini, definisi sampah bisa dikerucutkan ketika sisa aktivitas ekonomi tersebut masih belum dipilah dan dipilih (sampah organic, sampah anorganik dan residu masih bercampur). Ketika kemudian pemilahan dilakukan antara sampah organik, sampah anorganik dan residu, pada titik tersebut, sampah organik dan sampah anorganik berubah menjadi barang input atau barang antara (intermediate goods) yang bisa diolah dan bernilai ekonomi. Pertanyaan yang mengemuka kemudian adalah, bagaimana aktivitas memilah dan memilih sampah ini di level rumah tangga maupun komunitas?

SONJO Angkringan #63 mengupas permasalahan tentang pengolahan sampah di tingkat komunitas. Pengolahan ini tentu hanya dapat terjadi jika diawali dengan proses memilah dan memilih sampah di level rumah tangga dan komunitas. SONJO Angkringan #63 menampilkan para pembicara:

  • Henricus Hari Wantoro, Ketua Paguyuban Pandawa Lima, Perumahan Graha Banguntapan, materi: Pengelolaan Sampah Mandiri Berbasis Komunitas (Skala Perumahan) (Download Materi)
  • Asyantini, Wakil Ketua Pokja 3, PKK DIY.
  • Muhammad Zul Azmi, Lurah Sorosutan, Kota Yogyakarta, materi: Alternatif Penanganan dan Pengelolaan Sampah Kota Yogyakarta Berbasis Kearifan Lokal Sorosutan (Download Materi)
  • Ananto Isworo, Founder Gerakan Shadaqah Sampah Berbasis Eco Masjid Indonesia.

Webinar ini dipandu oleh moderator: Wuri Handayani, dosen Akuntansi, FEB UGM. Rekaman webinar ini dapat diakses di tautan berikut: https://www.youtube.com/watch?v=H5ZKmpjr4Uw&t=4s .

Hasil diskusi menunjukkan berbagai pengelolaan sampah berbasis komunitas telah banyak dilakukan. Perumahan Graha Bantuntapan, Bantul,  menggunakan berbagai teknik pengelolaan sampah organik bagi warganya. Kalurahan

Sorosutan, menerapkan teknik S-preso untuk pengolahan sampah organik di tingkat dasawisma. Ibu-ibu PKK telah mengimplementasikan memilah-memilih sampah di berbagai kawasan, meskipun seringkali konsistensi terhadap gerakan ini seringkali menjadi kendala. Gerakan shodaqoh sampah juga dilakukan terutama untuk sampah anorganik. Gerakah shodaqoh sampah mengubah mindset bahwa keluarga miskin tidak memiliki sumberdaya untuk bersedekah. Faktanya tiap keluarga memiliki sampah yang jika dipilah dan dipilih dan disedekahkan, uang hasil penjualan sampah anorganik bisa digunakan untuk berbagai kegiatan termasuk termasuk diantaranya membayar SPP.

Tour Pengelolaan Sampah

Upaya untuk menghubungkan antara penawaran (supply) pengolahan sampah dengan permintaan mengelola sampah adalah salah satu sumber dari permasalahan kedaruratan sampah di DIY. Tour Pengelolaan Sampah adalah program hasil sinergi antara Fakultas Kedokteran Gigi UGM (fokus di pengolahan sampah anorganik), Fakultas Biologi UGM (fokus di pengolahan sampah organik) dan SONJO. Tour pengelolaan sampah bertujuan untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan praktis terkait pengelolaan sampah.

Tour Pengelolaan Sampah diikuti oleh 60 lembaga, terdiri dari 45 rumah sakit/ Puskemas/ klinik dan 15 pesantren. Sebagian besar rumah sakit/ Puskesma/ klinik peserta Tour telah bergabung dengan SONJO sejak era pandemi COVID-19. Tour Pengelolaan Sampah dilaksanakan Senin, Selasa dan Rabu, 7, 8 dan 9 Agustus 2023. Tour dimulai di Fakultas Kedokteran Gigi UGM untuk mempelajari pengelolaan sampah anorganik. Tour dilanjutkan ke Fakultas Biologi UGM untuk mempelajari lima teknik pengelolaan sampah organik.

Setahun lebih Fakultas Kedokteran Gigi UGM mengembangkan pemilihan dan pemilahan sampah anorganik. Mungkin bagi sebagian orang memilah sampah anorganik adalah mudah. Namun fakta menunjukkan upaya memilah dan memilih sampah anorganik di Fakultas Kedokteran Gigi UGM membutuhkan penyediaan sarana/prasarana. Tantangan terbesar dari program tersebut adalah mengubah mindset dan kebiasaan para civitas akademika di Fakultas Kedokteran Gigi UGM. Hal yang menarik adalah bahwa kebijakan tersebut berdampak ke perilaku para staff saat mereka di rumah. Kebiasaan memilah dan memilih sampah di tempat kerja ternyata berdampak positif terhadap proses serupa di tingkat rumah tangga.

Tidak ada jaminan bahwa ketersediaan sarana tempat sampah yang sudah dibedakan jenisnya membuat orang pasti membuang sampah sesuai jenisnya. Fakta menunjukkan ketika tempat sampah di buka, masih saja terjadi berbagai jenis sampah tercampur. Meski kebiasaan memilah dan memilih sampah selalu digaungkan di Fakultas Kedokteran Gigi UGM, masih saja terjadi ketidakdisiplinan dalam membuang sampah. Fakta-fakta ini menunjukkan betapa perubahan mindset terhadap sampah bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan atau dapat secara instan tercapai. Teori Ekonomika Keperilakuan menunjukkan bahwa mengubah mindset dan kebiasaan (habit formation) tidak dapat dicapai dalam jangka pendek atau sebagai quick win. Perubahan mindset dan kebiasaan memerlukan waktu dan proses yang tidak pendek. Selama proses tersebut diperlukan komitmen dan konsistensi dalam mengimplementasikan program/ kebijakan yang fokus pada upaya perubahan mindset dan kebiasaan tersebut.

Fakultas Biologi UGM mengembangkan berbagai teknik pengolahan sampah organik. Lima teknik pengolahan sampah organik dikenalkan kepada para peserta Tour Pengelolaan Sampah. Berbagai alternatif pengolahan sampah dipaparkan agar para peserta Tour memiliki kebebasan mengadopsi teknik yang sesuai dengan kondisi yang mereka hadapi. Fakta menunjukkan beberapa teknik pengolahan sampah organik memunculkan magot BSF, sementara tidak semua orang bisa menerima magot BSF di halaman rumahnya. Ketersediaan lahan adalah tantangan lain yang dihadapi rumah tangga, terutama di perkotaan. Pemaparan kelima teknik pengelolaan sampah organik, memungkinkan para peserta Tour Pengelolaan Sampah memilih teknik yang tepat bagi lingkungan yang dihadapinya.

Di setiap sesi Tour Pengolahan Sampah, Fakultas Biologi memberikan dua door prize kepada para peserta berupa komposter berupa ember tumpuk. Diharapkan para pemenang door prize dapat langsung menggunakan ember tumpuk untuk mengolah sampah organik di lembaganya masing-masing.

Sebagai bagian dari program Tour Pengelolaan Sampah, pendampingan berbasis daring kepada para peserta yang mencoba menerapkan teknik pengelolaan sampah akan dilakukan. Pendekatan pendampingan berbasis daring ditempuh untuk menjaga efisiensi proses pendampingan. Perlu difahami bahwa lembaga peserta tersebar di lima kabupaten/kota di provinsi DIY. Pemanfaatan teknologi komunikasi ditempuh untuk memastikan pendampingan dapat dilakukan secara efektif dan efisien.