SONJO Tetuko: Intensifikasi Vaksinasi di DIY
Tentang SONJO Tetuko
Vaksinasi dipandang sebagai salah satu strategi dalam mengendalikan pandemi COVID-19 disamping penerapan protokol Kesehatan 5M dan pencegahan di sisi hulu melalui 3T. Vaksinasi perlu cepat dilakukan kepada masyarakat. Namun demikian tantangan vaksinasi yang dihadapi bangsa Indonesia bukanlah mudah. Selain vaksinasi harus dilakukan untuk minimal 75% dari 270 juta penduduk Indonesia, penduduk Indonesia tersebar di ribuan pulau. Bahkan di dalam satu pulau, masih terbagi ke dalam wilayah kota dan desa, yang masing-masing memiliki kompleksitas tersendiri dalam melakukan vaksinasi tersebut.
SONJO Tetuko adalah program SONJO untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam percepatan vaksinasi kepada masyarakat, khususnya di DIY. Program SONJO Tetuko dipusatkan di WAG SONJO Srikandi.
Tidak dipungkiri bahwa kondisi geografis dan kependudukan di Yogyakarta cenderung heterogen. Gunung Kidul dan Kulon Progo memiliki kawasan luas namun jumlah pendidik lebih sedikit disbanding tiga Kabupaten/Kota lain di DIY. Kondisi geografis di Gunung Kidul dan Kulon Progo cenderung lebih banyak perbukitan. Tidak mengherankan jika pola vaksinasi di kedua kawasan cenderung berbeda dibandingkan tiga kabupaten/kota lain di DIY. Hal ini mendorong adaptasi metoda pelaksanaan vaksinasi yang heterogen juga antar kabupaten/kota.
Serbuan Vaksinasi Berbasis Desa
Tantangan lain dalam pelaksanaan vaksinasi massal adalah bagaimana vaksinasi tidak menyebabkan kerumunan. Vaksinasi juga perlu menyesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat. Tidak kalah penting dalam proses vaksinasi adalah memastikan bahwa kualitas vaksin tetap terjaga sesuai dengan standar kesehatan. SONJO Angkringan #59 mendiskusikan tuntas berbagai masalah vaksinasi di atas, dan materi diskusi dapat dilihat ditautan berikut:
- Yurry Appreto (Pekerja Event), Vaksinasi Tanpa Kerumunan: https://youtu.be/G0H7mOGFyJg
- Dr. Hera Nirwati (FK-KMK UGM), Vaksinasi Drive Thru: https://youtu.be/A2BlsMwWiGM
- Christian Presetya Soebagio (Loro Blonyo), Vaksinasi Massal di Pedesaan: https://youtu.be/AMwWrCgcu1E
- Dr. Endang Lukitaningsih (Fak. Farmasi, UGM), Penyiapan Vaksin Sesuai Standar Kesehatan: https://youtu.be/iwfx928KIpY
- Sesi Tanya-Jawab: https://youtu.be/DPA92_nhp_E
Vaksinasi massal awalnya dilakukan di kawasan kota, memanfaatkan gedung pertemuan atau hotel, dengan registrasi secara online. Namun disparitas literasi digital di masyarakat menyebabkan pola tersebut kurang mampu menjangkau para manula, para difabel, dan juga masyarakat yang tinggal di pelosok pedesaan. Gagasan inovatif muncul dari dr. Tarsisius Glory (Kepala Puskesmas Bambanglipuro, Bantul) yang mengembangkan Serbuan Vaksin Berbasis Desa. Pola vaksinasi ini memanfaatkan secara optimal sistem gotong-royong. Pilot project dari sistem ini dilakukan oleh dr Glory bersama para lurah dari tiga kalurahan: Sumbermulyo, Mulyodadi dan Sidomulyo. SONJO Angkringan #60 membahas tuntas pola vaksinasi inovatif ini dan materi dapat diunduh di tautan berikut:
- Dr. Tarsisius Glory (Kepala Puskesmas Bambanglipuro, Bantul): https://youtu.be/rqYxa5YrSZw
- Ari Sapto Nugroho (Lurah Mulyodadi, Bantul): https://youtu.be/vaTZIHivsmg
- Ani Widayani (Lurah Sumbermulyo, Bantul): https://youtu.be/lp6jIgKWAV4
- Joko Murdiyanto (Ketua IDI, DIY): https://youtu.be/xvSMeaeawhw
- Sesi Tanya-Jawab: https://youtu.be/nYQC-aISjcc
SONJO mendukung inovasi Serbuan Vaksinasi Berbasis Desa dengan memberikan dukungan dalam bentuk bantuan biaya operasional. Didasarkan pada hasil pilot project di tiga desa, disimpulkan bahwa biaya operasional rata-rata adalah Rp5000/dosis atau Rp5juta/1000 dosis. Variansi antar kawasan (kondisi masyarakat, hubungan antara Lurah dan Kepala Puskesmas, partisipasi masyarakat, kondisi geografis, dll) menyebabkan biaya tersebut rata-rata menjadi Rp6 juta/1000 dosis. Lahirlah program Vaksinasi Desa Pola Jimpitan (atau lebih popular disebut Vaksinasi Jimpitan).
Sistem Vaksinasi Jimpitan memastikan bahwa pola gotong-royong dalam melalukan vaksinasi massal dilakukan mulai dari hulu hingga hilir. Di sisi hilir, para petugas PCare adalah para siswa/guru SMK/SMA, para petugas tensi adalah para kader kesehatan, para nakes dari Puskesmas setempat, klinik/rumah sakit setempat. Para petugas pengatur peserta adalah para karangtaruna. SONJO bekerjasama dengan FK-KMK UGM, Fak. Farmasi UGM, FKG UGM, FK UII, FK UKDW, dan IDI DIY memobilisasi para dokter untuk membantu percepatan vaksinasi. Mobilisasi para dokter ini dipusatkan di WAG SONJO Saras. Pola inilah yang memungkinkan biaya operasional menjadi sangat efisien, yaitu rata-rata Rp6juta/1000 dosis.
Di sisi hulu, pendanaan biaya operasional vaksinasi massal ini menggunakan pola jimpitan. Jimpitan adalah sistem iuran yang umum diterapkan di kampung-kampung agar pihak RT/RW memiliki kas untuk mendukung kegiatan masyarakat. Jimpitan adalah donasi dua sendok makan beras oleh setiap rumah tangga per hari. Beras jimpitan diletakkan di tempat khusus di depan rumah di sore hari, untuk dikumpulkan oleh petugas ronda di malam hari sambil mereka berkeliling kampung. Beras yang terakumulasi akan dikumpulkan kepada Pak RT/RW dan beras tersebut dijual dan uang yang dihasilkan untuk kas RT/RW.
Pola jimpitan digunakan untuk donasi biaya operasional vaksinasi massal di pedesaan. Lurah atau Kepala Puskesmas menyerahkan proposal sederhana vaksinasi (biasanya hanya 1 halaman surat pengantar dan 1 halaman RAB). Proposal tersebut kemudian dilelang di 4 WAG di SONJO, yaitu: a) SONJO Srikandi, b) SONJO Legawa, c) SONJO Kebijakan, dan d) SONJO Husada Mini. Mengingat biaya rata-rata adalah Rp6juta/1000 dosis, maka setiap donatur (lembaga/individu) hanya diperkenankan memberikan donasi Rp2juta/1000 dosis. Cara ini memastikan bahwa setiap proposal kegiatan pasti didanai oleh tiga atau lebih donatur (lembaga/individu). Para Lurah dan Kepala Puskesmas yang mengajukan proposal juga diundang di WAG SONJO Srikandi untuk menyaksikan langsung proses lelang tersebut.
Hingga 17/10/21, tercatat 36 kegiatan vaksinasi massal yang didanai dengan menggunakan pola jimpitan ini hingga 9/11/2021. Sejak 16/9/21 hingga 17/10/21, 23 vaksinasi telah terlaksana dengan jumlah vaksinasi mencapai 23.744 dosis. Sementara itu sisa 10 kegiatan vaksinasi yang akan dilaksanakan hingga 9/11/21 mencakup 16.636 dosis. Total vaksinasi dari seluruh kegiatan tersebut mencapai 40.380 dosis dengan biaya Rp275.500.000, atau biaya rata-rata per vaksinasi adalah Rp6822,7/dosis.