Minggu, Desember 8, 2024
SONJO

Tarik Rem Darurat: Hindarkan Indonesia dari Tragedi Kemanusiaan

Di awal pandemi, sebagian diantara kita masih mempertentangkan antara kesehatan dan ekonomi. Meski data kematian akibat COVID-19 terus menanjak, dan belum ada data tentang orang yang wafat akibat PSBB, desakan mengakhiri PSBB demikian besar. Kita telah mengalami pandemi 16 bulan dan sekarang kita menghadapi gelombang kedua yang lebih dahsyat dari gelombang pertama, tetap saja orang masih mempertentangkan antara kesehatan dan ekonomi. Sebagian menganalogikannya sebagai rem dan gas.

Satu yang luput dari diskusi selama 16 bulan terakhir adalah aspek kemanusiaan. India dan Nepal telah mengalami tragegi kemanusiaan akibat penularan COVID-19 yang tidak terkontrol. Masih relevankah kita mempertentangkan ekonomi dan kesehatan jika nanti kita mengalami tragegi kemanusiaan? Masihkah kita berdebat tentang dampak sosial pandemi dan penanganannya ketika tragegi kemanusiaan melanda Indonesia? Masihkah kita membicarakan dampak politik penanggulangan pandemi ketika tragedi kemanusiaan menyerang Indonesia? Sekarang saatnya pemerintah menarik rem darurat untuk menghindarkan Indonesia dari tragedi kemanusiaan.

Media sosial, WAG kantor, WAG kampung, dan bahkan WAG keluarga besar kita akhir-akhir ini didominasi oleh berita duka yang menyesakkan dada. Satu persatu teman alumni kita, kolega kita, saudara jauh kita, saudara dekat kita dan bahkan keluarga inti kita, meninggalkan kita. Di saat gelombang kedua ini, banyak rekan kita dan bahkan keluarga kita terpapar COVID-19. Enam belas bulan berlalu, para nakes berjibaku, sebagian diantara mereka gugur. Sudah terlalu banyak warga harapan bangsa menjadi korban. Kelelahan yang dialami rekan-rekan dokter, perawat,  supir ambulan, penggali kubur tidak dapat diungkapkan dengan kata. Di lapangan, tidak hanya nakes yang berjuang, para camat, para lurah, para relawan pemulasaraan, para relawan petugas ambulan, hingga ibu-ibu PKK bersinergi membantu sesama melawan COVID-19.

Pernahkah terbersit di benak kita sekelompok relawan MCCC Sewon Utara, Bantul memulasarakan dan memakamkan dua jenazah COVID-19 berturut-turut sejak jam 01.00 malam? Mereka terpaksa melakukan itu karena rekan relawan lain terpapar COVID-19. Ayam berkokok, azan Subuh berkumandang, mereka baru menyelesaikan pemakaman jenazah kedua. Sebagian diantara mereka tertidur kelelahan masih dengan APD dan faceshield. Di saat itu, dimanakah kita? Mungkin kita masih terkantuk-kantuk mengambil air wudhu. Sebagian dari kita malah masih terlelap. Sementara para relawan yang tidak mendapat SK dan tidak menerima uang SPPD ini kelelahan dan bahkan beberapa diantaranya belum bertemu dengan keluarganya sejak pagi.

Melihat berbagai fakta di lapangan tersebut, masihkan kita mengkawatirkan dampak lockdown/ PSBB yang membawa kematian? Enam belas bulan COVID-19 menyerang kita, belum ada data kematian warga terjadi akibat PSBB ataupun lockdown. Inilah data imaginer yang sejak Mei 2020 didengungkan dan ternyata memang tidak pernah ada. Namun anehnya data imaginer ini lebih menakutkan daripada angka kematian yang nyata akibat COVID-19. Bahkan data imaginer tersebut lebih ditakuti daripada dampak long COVID-19 maupun kondisi kesehatan banyak penyintas COVID-19 yang belum dapat pulih seperti sedia kala. Mengapa kita tidak membicarakan dampak COVID-19 dari sisi QUALY (quality assurance life years) yang jelas-jelas dapat dihitung? Mengapa data meningkatnya kematian yang jelas tidak dapat dipungkiri dikalahkan oleh data imaginer kematian warga akibat lockdown yang belum pernah ada?

Mengapa di negeri ini, sejak Orde Baru hingga sekarang, kita seolah membobot ekonomi lebih tinggi daripada sektor lain? Bahkan di masa pandemi sekalipun, kita sangat kawatir terhadap penurunan arus modal asing. Di masa pandemi ini, kita sangat kawatir dengan pertumbuhan ekonomi, padahal jelas-jelas perekonomian dunia menjadi autarky akibat pandemi. Adakah faktor lain yang jauh lebih penting daripada faktor ekonomi, sosial dan politik di dunia ini yang perlu kita perhatikan? Jawabannya “Ada”, yaitu aspek kemanusiaan. Ekonom mungkin dipandang sebagai kaum yang materialitis. Benarkah ekonom lebih mengedepankan indikator-indikator kinerja ekonomi dibandingkan kemanusiaan? Apakah itu realitas ataukah jangan-jangan itu mitos?

Di masa darurat menghadapi gelombang kedua COVID-19, fokus penanganan bukan karena pertimbangan ekonomi, sosial, ataupun politik. Namun di atas itu semua, di masa krisis dan kritis ketika COVID-19 merajalela, aspek kemanusiaan adalah prioritas utama kita bersama. Di saat krisis seperti ini, disaat ujung kapan badai ini akan berakhir tidak kelihatan,  tidaklah patut untuk kemudian mempermasalahkan siapa yang harus menangani pandemi ini. Kapal tidak bisa dibiarkan karam. Covid-19 akan terus digjaya jika kerumunan, ketidakpatuhan, pelumrahan, tetap berlanjut. Pandemi adalah musuh bersama yang dapat menimpa siapapun, di mana pun dan kapanpun. Musuh bersama tidak dapat ditangani oleh pemerintah saja, ataukah kalangan bisnis saja, ataukah masyarakat saja. Pandemi sebagai musuh bersama, adalah beban dan tanggung jawab kita bersama. Pemerintah dengan APBN,  terlalu kecil untuk mampu menanggulangi pandemi. Oleh karena itu, diperlukan sinergi semua elemen bangsa, yaitu pemerintah, dunia usaha , masyarakat dan keluarga untuk bersinergi dan bekerja sama menanggulangi pandemi ini. Tidak ada lagi saya atau kamu, dalam kondisi genting seperti ini hanya ada satu kata: KITA.

Suara dari Tokoh Masyarakat

NoNamaTautan Youtube
1Alissa Wahidhttps://youtu.be/d1SPfeoHsdE
2Haidar Bagirhttps://youtu.be/ckJ_CAyl_-U
3Sandra Moniagahttps://youtu.be/LiA898U4-dc
4Andy F. Noyahttps://youtu.be/yCzyB2Y2D1I
5Franz Magnis-Susenohttps://youtu.be/tqaTZBvaYS0
6Natalia Subagyohttps://youtu.be/vM2LdxjwEhA
7Taufan Damanikhttps://youtu.be/e_JezMTvZ1I
8KH. Mustofa Bisrihttps://youtu.be/9QlphHGTdPA
9Abdillah Tohahttps://youtu.be/9ryQJ0JLXjQ
10Pdt. Gomar Gultomhttps://youtu.be/dASQCNnXXWk
11Zumrotin KS.https://youtu.be/Cmnh1HckGc8
12Kamala Chandrakiranahttps://youtu.be/WDaDBFPOylg
13Lukman Hakim Saifuddinhttps://youtu.be/6WY-YR00MFw

Suara dari Penyintas

NoNamaTautan Youtube
1Sri Awalia Febrianahttps://youtu.be/9SruX0Z5h7E
2Adi Utarinihttps://youtu.be/V81sZqgw0yw
3Dian Fatwahttps://youtu.be/SNk9Vgo6k8M
4Yosi Mokaluhttps://youtu.be/qplQiRXQ7vA
5Inayah Wahidhttps://youtu.be/YAphmI2g2fQ

Suara dari Penggerak Komunitas

NoNamaTautan Youtube
1Ani Widayanihttps://youtu.be/Olz0AULnhMs
2Fauzan Mu’arifinhttps://youtu.be/voaKx-J8y90
3Niken Anggrainihttps://youtu.be/dKQtKaQdkkU https://youtu.be/cGy-8RevuJA
4Wahyudi Anggoro Hadihttps://youtu.be/1b3pW-sYw5U
5Munawwar Yasinhttps://youtu.be/IKEZ3k1CnI8

Suara dari Ekonom

NoNamaTautan Youtube
1Rimawan Pradiptyohttps://youtu.be/s6AvchA5T8c
2Vivi Alatashttps://youtu.be/eD3pUh8z6B4
3Teguh Dartantohttps://youtu.be/K0LuafrpDdc
4Budy Resosudarmohttps://youtu.be/Zu2uhW_tkk0
5Sri Adiningsihhttps://youtu.be/YwFxR3RIwTM
6Iwan Jaya Azizhttps://youtu.be/2cvLvbNIaA4
7Faisal Basrihttps://youtu.be/mwD8___EnHE
8Didik J. Rachbinihttps://youtu.be/YK8NZhOXAs0
9Elan Satriawanhttps://youtu.be/woUyQPfm2Bk

Suara dari Akademisi

NoNamaTautan Youtube
1Yanuar Nugrohohttps://youtu.be/HdRy2WHXL8Y
2Ova Emiliahttps://youtu.be/JYq3GvG5uQc
3Azyumardi Azrahttps://youtu.be/6y_DT1uN5Ac
4Sigit Riyantohttps://youtu.be/6yBt9N02oE4
5Ahmad Munjidhttps://youtu.be/_YafDEsRUyI
6Kuntoro Mangkusubrotohttps://youtu.be/t28YF-qfQXQ https://youtu.be/W7U43Ikr0SA
7Imam Prasodjohttps://youtu.be/YO-79PMzA9M
8Gus Nadirsyah Hosenhttps://youtu.be/2YK47aaI8h0
9Riris Andono Ahmadhttps://youtu.be/c6oFxkcvgw8
10Sri Awalia Febrianahttps://youtu.be/9SruX0Z5h7E
11Adi Utarinihttps://youtu.be/V81sZqgw0yw
12Meuthia Ganie-Rochmanhttps://youtu.be/KX86kiD5Bd4

Suara dari Budayawan/Seniman

NoNamaTautan Youtube
1Nirwan Dewantohttps://youtu.be/6_mosvoWj7g
2Lies Marcoeshttps://youtu.be/NCMnD7MTOpg https://youtu.be/Z_RzIwsSsdg
3Yosi Mokaluhttps://youtu.be/qplQiRXQ7vA
4Ernest Prakasahttps://youtu.be/rS552d1iB1Y
5Cholil Mahmudhttps://youtu.be/kZiUEBZZcT4

Gerakan ini juga didukung oleh:

NoNama
1Arianto Patunru
2Arief Anshory Yusuf
3Burhanudin Muhtadi
4Betti Alisjahbana
5Alwi Shihab
6Goenawan Mohamad
7Najwa Shihab